Apakah film drama sederhana yang mengedepankan sajian konflik emosional pengurai air mata masih memiliki pesonanya untuk menarik para penonton di tengah panasnya dunia perfilman penuh akan CGI ber-budget raksasa?jawabanya adalah: Iya,tetapi hanya sedikit yang sukses.
Diadaptasi dari buku yang berjudul sama,Room adalah salah satu film drama most-anticipated dan lebih dikenal sehingga menjadi salah satu film yang merebut piala Oscar tahun ini.
Seorang anak bernama Jack(Jacob Tremblay) bersama Ibunya yang ternyata bernama Joy(Brie Larson) secara misterius tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kata hunian yang layak,mereka sebut "Room" dan tentu Jack tidak pernah melihat hal lain selain yang ada di Room,karena sejak lahir dia sudah ada di sana.Sesungguhnya saya agak bingung membuat review ini karena pada dasarnya Room memiliki ide cerita yang begitu sederhana,sehingga rentan akan segala bentuk spoiler bahkan trailernya sendiri,tapi saya mencoba untuk menimalisir spoiler sebanyak mungkin.
Salah satu bagaimana cara saya menilai sebuah naskah yang bagus dari sebuah film adalah dengan cara "apakah line demi line yang dilontarkan tokoh di film tersebut terngiang-ngiang di kepala saya?" dan Room memiliki salah satu pesona tersebut.Naskah yang kuat garapan penulisnya bukunya sendiri yakni Emma Donoughe mampu menjaga intensitas emosi sepanjang film tanpa ada yang terasa dragging walau memang Room minim adegan hening dan sunyi.Penuh emosi dan nyawa,menggugah emosi para penonton dari sekedar perkataan.Hal itu juga didukung oleh chemistry luar biasa dari Larson dan Tremblay yang benar-benar kuat dan menggambarkan kehangatan hubungan ibu dan anak.Larson dengan gaya akting-nya sukses membawakan karakter seorang ibu yang stress karena mengalami suatu hal yang tidak ia inginkan(siap merebut posisi JLaw),juga Tremblay yang penuh bakat di usia belia pun membuktikan bahwa aktor-aktris anak-anak juga memiliki peran yang luar biasa di dalam sebuah film.
Dengan segala kesederhanaan Room bertutur cerita,film ini kaya akan filosofi dan makna tertentu akan sebuah kebebasan.Kalaupun mereka sudah keluar dari Room,apakah mereka benar-benar bebas di luar sana?,sebagai contoh,seperti bukankah anda lebih bebas berlaku apa saja di dalam kamar sendirian,ketimbang di luar sana yang penuh orang yang suka mengkritik?.Sinematografi film ini memang tidak muluk-muluk mengambil background dunia yang luas,hanya segelintir pemandangan kota seperti lampu-lampu jalanan,tiang listrik,langit,dan burung yang berterbangan cukup mewakili semua arti kebebasan sesungguhnya.Film ini saya anggap memiliki sebuah unsur ajaib tersendiri,tidak perlu juga adegan emosional penuh air mata atau bentak-membentak,cukup dengan kata-kata sederhana keluar dari mulut kecil si Jack tetapi mengandung makna dalam pun sanggup membuat anda(dan saya) menitikkan air mata.Saya menangkap bahwa esensi film ini adalah mengambil tema kebebasan dan cinta,bukan film crime.Saya berusaha mencoba untuk mencari kelemahan film ini,tetapi apa?kalaupun saya tertinggal,pasti kelemahan tersebut sudah tersamarkan oleh bagaimana sang sutradara memberi keindahan film ini.
SUMMARY :
"Love Knows No Boundaries"
Room adalah sebuah film yang indah,penuh makna dan filosofi kehidupan kita dalam bermasyarakat saat ini.Tak perlu budget raksasa,Room suguhan hiburan praktis dengan hasil fantastis
Favourite Scene :
1.Perdebatan akan adanya dunia di luar Room antara Jack dan Joy berhasil membuat sebuah adegan emosional yang selalu terngiang di kepala saya.
2.Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Jack saat mengunjungi Room berupa "Goodbye" berhasil membuat saya menitikkan air mata.
RATING : 10/10