Sabtu, 30 April 2016

ROOM (2015)

Apakah film drama sederhana yang mengedepankan sajian konflik emosional pengurai air mata masih memiliki pesonanya untuk menarik para penonton di tengah panasnya dunia perfilman penuh akan CGI ber-budget raksasa?jawabanya adalah: Iya,tetapi hanya sedikit yang sukses.

Diadaptasi dari buku yang berjudul sama,Room adalah salah satu film drama most-anticipated dan lebih dikenal sehingga menjadi salah satu film yang merebut piala Oscar tahun ini.

Seorang anak bernama Jack(Jacob Tremblay) bersama Ibunya yang ternyata bernama Joy(Brie Larson) secara misterius tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kata hunian yang layak,mereka sebut "Room" dan tentu Jack tidak pernah melihat hal lain selain yang ada di Room,karena sejak lahir dia sudah ada di sana.Sesungguhnya saya agak bingung membuat review ini karena pada dasarnya Room memiliki ide cerita yang begitu sederhana,sehingga rentan akan segala bentuk spoiler bahkan trailernya sendiri,tapi saya mencoba untuk menimalisir spoiler sebanyak mungkin.

Salah satu bagaimana cara saya menilai sebuah naskah yang bagus dari sebuah film adalah dengan cara "apakah line demi line yang dilontarkan tokoh di film tersebut terngiang-ngiang di kepala saya?" dan Room memiliki salah satu pesona tersebut.Naskah yang kuat garapan penulisnya bukunya sendiri yakni Emma Donoughe mampu menjaga intensitas emosi sepanjang film tanpa ada yang terasa dragging walau memang Room minim adegan hening dan sunyi.Penuh emosi dan nyawa,menggugah emosi para penonton dari sekedar perkataan.Hal itu juga didukung oleh chemistry luar biasa dari Larson dan Tremblay yang benar-benar kuat dan menggambarkan kehangatan hubungan ibu dan anak.Larson dengan gaya akting-nya sukses membawakan karakter seorang ibu yang stress karena mengalami suatu hal yang tidak ia inginkan(siap merebut posisi JLaw),juga Tremblay yang penuh bakat di usia belia pun membuktikan bahwa aktor-aktris anak-anak juga memiliki peran yang luar biasa di dalam sebuah film.

Dengan segala kesederhanaan Room bertutur cerita,film ini kaya akan filosofi dan makna tertentu akan sebuah kebebasan.Kalaupun mereka sudah keluar dari Room,apakah mereka benar-benar bebas di luar sana?,sebagai contoh,seperti bukankah anda lebih bebas berlaku apa saja di dalam kamar sendirian,ketimbang di luar sana yang penuh orang yang suka mengkritik?.Sinematografi film ini memang tidak muluk-muluk mengambil background dunia yang luas,hanya segelintir pemandangan kota seperti lampu-lampu jalanan,tiang listrik,langit,dan burung yang berterbangan cukup mewakili semua arti kebebasan sesungguhnya.Film ini saya anggap memiliki sebuah unsur ajaib tersendiri,tidak perlu juga adegan emosional penuh air mata atau bentak-membentak,cukup dengan kata-kata sederhana keluar dari mulut kecil si Jack tetapi mengandung makna dalam pun sanggup membuat anda(dan saya) menitikkan air mata.Saya menangkap bahwa esensi film ini adalah mengambil tema kebebasan dan cinta,bukan film crime.Saya berusaha mencoba untuk mencari kelemahan film ini,tetapi apa?kalaupun saya tertinggal,pasti kelemahan tersebut sudah tersamarkan oleh bagaimana sang sutradara memberi keindahan film ini.

SUMMARY :

"Love Knows No Boundaries"

Room adalah sebuah film yang indah,penuh makna dan filosofi kehidupan kita dalam bermasyarakat saat ini.Tak perlu budget raksasa,Room suguhan hiburan praktis dengan hasil fantastis

Favourite Scene :

1.Perdebatan akan adanya dunia di luar Room antara Jack dan Joy berhasil membuat sebuah adegan emosional yang selalu terngiang di kepala saya.

2.Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Jack saat mengunjungi Room berupa "Goodbye" berhasil membuat saya menitikkan air mata.

RATING : 10/10

 

 

 

 

 

Jumat, 29 April 2016

WELCOME TO SINESTESIA!!

Selamat datang di blog Sinestesia!

Sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya akan tertulis di blog ini,biarkan saya memperkenalkan diri secara singkat terlebih dahulu.(baca : ceramah)

Nama saya Muhammad Boby Primadiansyah,tidak perlu saya jelaskan berapa umur saya,atau di mana alamat saya tinggal,atau saya punya anak berapa kan?jadi saya hanya akan memberitahu gambaran dari pribadi saya saja.Film.ya! Sejak kecil saya sudah dikenalkan film oleh ayah saya,tentu ayah saya juga penggemar film,hanya saja tidak se-fanatik saya,dia hanya mengetahui film-film umum saya dan sekerdar menonton tanpa memperdalam makna dan esensi dari film yang ia tonton.Sebenarnya,itulah gambaran masyarakat saat ini yang saya lihat.Dunia perfilman memang bukan suatu problematika yang mengancam segenap keselamatan bangsa.Tetapi bila dibiarkan tanpa perhatian lebih dan menghasilkan film-film yang jelek,bukankah itu akan mencoreng nama sebuah negara akan hasil karya seni-nya?.Lalu,bagaimana caranya,agar perfilman khususnya negara kota Indonesia ini bisa maju?tentu banyak hal.Saya sebagai pencinta film berstatsukan rakyat biasa tentu tidak bisa berbuat banyak dan lebih seperti menjadi aktor atau mendanai proyek sebuah film layaknya produser,hal yang saya ketahui bahwa kesuksesan sebuah film tidak hanya dinilai dari tingginya sebuah penghasilan(blockbuster contohnya),tetapi kesuksesan sebuah film juga dinilai dari kualitasnya dengan bagaimana film itu bertutur cerita.Itu adalah hal yang umum dan sudah banyak diketahui oleh khalayak.Satu hal yang saya pelajari adalah juga,film dinilai sukses apabila apresiasi yang diberikan juga tinggi,tidak berguna bila film anda menghasilkan uang dalam jumlah fantastis,atau ber-rating tinggi apabila tidak ada apresiasi yang lebih dari para penonton,tetapi bukan berarti juga film itu gagal. Bingung?,bila kata-kata saya berputar-putar,yang saya ingin katakan disini tidak untuk mendeskripsikan film yang gagal,hanya tidak sukses.

Nantinya,blog ini akan berisikan apresiasi(baca:review) saya terhadap film-film manapun baik dalam atau mancanegara.Tidak hanya film.Musik dan segala hal yang saya apresiasi akan saya tulis disini.

Terakhir,kenapa saya memilih nama "Sinestesia" untuk blog ini?sebuah kata yang asing di telinga umum.Arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "Sinestesia" adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera untuk dikenakan pada indera lain.Tentu arti aslinya tidak memiliki makna yang mewakili identitas blog ini.Disini,arti yang saya buat adalah: "Sinestesia" adalah singkatan dari kata "Sinema" dan "Tesis".Tesis adalah suatu teori yang didukung dengan argumen akan pendapat suatu hal,sedangkan Sinema tentu disini mewakili film.Meskipun nantinya akan ada postingan di luar tema film,tetapi esensi blog ini tetap adalah "Apresiasi Film"

Tidak afdol bila tidak share akun social media di blog sendiri kan,ini bukan demi kepentingan tertentu,alih-alih menambah followers,kalian bisa lebih dekat dengan si penulis blog(?)

Twitter : @bobby_primadi

Instagram : @bobbyprimadi

Oh ya!,saya juga menulis sebuah cerita yang masih ongoing

Silahkan Read and Vote di

Wattpad : @bobbyprimadi

 

Selamat Menikmati!