Selasa, 31 Mei 2016

X-MEN : APOCALYPSE (2016)

 

 

Seperti yang sudah diketahui,reboot X-Men yang dimulai dari First Class tiga tahun yang lalu(ditambah dengan film Wolverine) mau tidak mau sebenarnya cukup diperlukan.Menengok reputasi bagus yang dimiliki trilogi terdahulu namun tiba-tiba jeblok di seri pamungkas-nya memang sedikit mengecewakan hati para penggemar X-Men maupun penikmat film umum.Tetapi dengan adanya reboot ini,Bryan Singer berusaha menyelamatkan reputasi X-Men yang berujung kesuksesan luar biasa dari segi pendapatan maupun kualitas pada Days of Future Past yang dirilis dua tahun yang lalu dengan menghapus total storyline pendahulu pertanda awal baru.Tentu saja dengan adanya Apocalypse yang kabarnya adalah sebuah seri penutup -pun dengan banyaknya cast yang berhenti pasti mengundang banyak atensi yang menuntut ekspektasi tinggi sekaligus kekhawatiran apakah film ini mengidap penyakit yang sama seperti pendahulunya atau tidak,bila benar bahwa film ini sebuah seri pamungkas.

Mengambil setting tahun-tahun muda Charles Xavier.Di tengah-tengah harmonisnya kesuksesan Charles membina yayasan-nya muncul ancaman baru yang luar biasa berbahaya bahkan disebut ancaman terkuat.Seorang mutan bernama Apocalypse adalah mutan pertama yang diciptakan di dunia sekaligus menjadi "tuhan para mutan".Bersama The Four Horsemen yang juga terdiri dari Erik Lensherr atau Magneto,Apocalypse berusaha mewujudkan dunia baru miliknya dengan cara memusnahkan seluruh umat manusia.Charles ditemani oleh Alex,Mystique dan mutan muda Cyclops,Nightcrawler hingga Jean Grey pun harus menghadapi Apocalypse dalam melindungi dunia mereka.

 

Sesungguhnya premis yang dihadirkan dalam seri ini tidak se-spesial yang biasa film-film X-Men lakukan seperti Days of Future Past sendiri yang ikut menggaet konflik politik mengenai eksistensi mutan di masyarakat dunia yang dieksekusi dengan plot time-travel.Apocalypse bisa dibilang sangat sederhana dan memiliki esensi film superhero yang mempersatukan good guy melawan bad guy.Tetapi premis biasa saja tersebut dieksekusi dengan cara biasa saja yang menghasilkan film X-Men yang biasa saja cenderung payah.

Layaknya Batman v Superman,sedari awal saya mencoba mencari motivasi Apocalypse untuk menaklukkan dunia selain alasan pola pikir manusia purba ataupun cult,dan ternyata tidak ada atau setidaknya tidak jelas.Saya tidak bisa menerima begitu saja pola pikir Apocalypse yang asal ingin menaklukkan dunia tanpa motivasi yang lebih berarti.Tokoh Four Horsemen pun malah lebih parah kecuali untuk Erik yang memang salah satu tokoh utama .Simon Kinberg selaku penulis naskah bersama Singer kelihatanya mulai lelah,terbukti dari kedangkalan naskah yang diimprov(baca:dirusak) agar terlihat berat dengan keinginan menyamai kedua film pendahulunya.Berawal dari niat yang kelewat berambisi,akhirnya runtuh dan menjadi susah dinikmati.Bila mengambil aspek Action Sequence dan CGI sebagai alternatif hiburan,maka anda akan sama kecewanya.Entah mengapa banyak adegan yang mengandalkan CGI namun tidak optimal,kenikmatan menonton agak terganggu kala CGI tersebut tidak mampu membohongi mata.Action Sequence nampak kekurangan ide dengan menampilkan adegan Quicksilver yang itu-itu lagi.Memang agak sulit mengemas adegan pertarungan non-hand-to-hand combat,dengan segala kekuatan yang beragam nan fantastis,diperlukan ide yang segar agar tidak monoton.Bayangkan saja kekuatan Apocalypse yang kelewat kuat,bukankah akan terlalu mudah untuk menang?itulah yang menjadi tantangan untuk pengemasan pertarungan non hand-to-hand combat.

 

 

Film-film X-Men memang sebenarnya cenderung ke arah anti-hero dan lebih dewasa ketimbang film superhero biasanya.Tidak segelap DC memang tetapi juga tidak secerah MCU Iron Man.Beberapa film-nya yang sukses pun karena mengusung tema anti-mainstream tersebut tengok saja Deadpool.Saya tidak menuntut bahwa film X-Men haruslah memiliki cerita yang berat dikarenakan mengambil tema yang gelap dan lebih dewasa.Kalau memang ide cerita sudah sederhana,terima saja apa adanya.

 

 

SUMMARY :

"You lost,Because you follow blind leader"

Andaikata film ini sebuah lagu yang biasa saja,maka penyanyi itu bernyanyi dengan segala improvisasi berlebihan semata-mata hanya untuk terlihat hebat tanpa memiliki motivasi menyampaikan makna dari lagu tersebut.Hal itulah yang terjadi pada Apocalypse

RATING :

5/10

*maafkan blogger kalian jarang posting akibat diperbudak ujian akhir semester.

 

Kamis, 12 Mei 2016

MAD MAX : FURY ROAD (2015)

 

 

 

Berulang kali saya menemui isu soal sekuel film Mad Max yang akan dibuat padahal saya sendiri belum pernah mendengar apalagi menonton film Mad Max.Akhirnya setelah mencari beberapa informasi saya mengetahui fakta bahwa franchise Mad Max terdahulu selalu sukses dan tidak pernah mengecewakan,saya berpikir bahwa sekuel(lebih menjurus reboot) macam ini rentan akan mencoreng kehormatan film terdahulunya,namun karena masih digarap oleh sutradara sama yakni George Miller(Happy Feet) maka saya pun optimis dan tertarik untuk menonton film ini dengan senang hati tanpa menonton film-film sebelumnya,karena saya yakin dengan jarak perilisan sejauh itu sejak film terakhir,alur cerita pastilah tidak terlalu mengikat dengan film sebelumnya.

Keadaan dunia kacau balau dan peradaban manusia hancur seketika setelah seluruh bumi dihanguskan oleh ledakan nuklir dan di seluruh bumi hanya tersisa gurun bernama Wasteland.Seorang pria mantan polisi bernama Max(Tom Hardy) salah satu dari orang-orang yang selamat dari bencana itu harus hidup di dunia barbar akibat bencana yang hanya memercayai satu insting,yakni bertahan hidup.Max tertangkap oleh orang-orang aneh yakni War Boys dan Nux(Nicholas Hoult) salah satu dari War Boys sakit-sakitan itupun menjadikan Max sebagai "kantung-darahnya".Sementara itu,Furiosa(Charlize Teron) salah satu letnan dari seorang tirani bernama Immortan Joe(Hugh Keays-Bryne) yang memonopoli sumber air bersih di salah satu(atau mungkin satu-satunya daerah subur terletak Wasteland yakni Citadel.Ketika Immortan Joe mengetahui bahwa Furiosa telah mengkhianati bahkan mencuri harta-nya yakni lima orang istri,Joe mengutus seluruh pasukan-nya di Citadel termasuk War Boys untuk menghentikan Furiosa.

 

*review film ini akan dipenuhi dengan kata-kata "gila" yang mungkin akan sedikit menganggu

Sesuai judulnya,satu kata yang dapat mendeskripsikan film ini adalah : Gila.Namun kegilaan itu disajikan dengan cara unik menghasilkan hiburan luar biasa gila.Sejak awal bahkan tidak terlalu diperkenalkan pada asal-usul tokoh dan penonton hanya mengenal sebatas nama dan penonton bisa menyimpulkan sendiri ia siapa dengan apa yang tokoh tersebut perbuat.Secara tidak langsung,hal ini membuat penonton merasakan ikatan dan kepedulian terhadap tokoh tanpa perkenalan,sungguh jenius.Menonton film ini bagaikan kita menyaksikan sebuah balapan tanpa henti yang dihiasi dengan kegilaan dan kejutan-kejutan luar biasa dihadirkan oleh si jenius Miller.Karakter-karakter yang diciptakan pun sama gilanya namun disini yang paling gila adalah War Boys membuat saya heran dengan kelakuan mereka yang benar-benar gila,saya terpukau dengan performa Nicholas Hoult sebagai War Boys menunjukkan profesionalitas-nya sebagai aktor yang dapat memerankan tokoh gila sekaligus scene-stealer.Alhasil,beberapa momen begitu memorable seperti ketika Nux meneriakkan sebuah kata-kata gila : "I live,i died,i live again" ataupun "what a lovely day" yang menjadi tagline film ini.

 

Jajaran cast lain juga begitu padat dan saling mendukung.Saya tidak meragukan Charlize Theron untuk memerankan peran apapun performanya sebagai bad-ass female berhasil menarik kepedulian,juga Tom Hardy yang sukses memerankan tokoh titular Max pengganti Mel Gibson dimana Max di film ini memang agak rapuh karena masih memiliki kenangan buruk akan kematian seseorang,namun masih tetap bad-ass dan tidak mengurangi nilai apapun(dan kebetulan ia masih mengenakan "sesuatu" di wajahnya).Zoë Kravitz yang "akhirnya" menemukan film distopia yang lebih cocok dengan potensinya untuk memerankan orang yang liar kala hidup di dunia post-apocalyptic (daripada Divergent) hingga Rosie Hutington-Whiteley yang lebih all-out dengan tidak hanya berperan menjadi pencuci mata.Hugh Keays-Byrne yang masih dipertahankan di franchise ini pun masih bisa memberikan peforma terbaiknya di usia senja.

 

Untuk bagian aksi memang tidak pernah berhenti membuat saya terpesona.Kejar-kejaran dengan kendaraan besar yang menghasilkan kekacauan besar memang sudah sering digunakan di film lain,tetapi di film ini hal itu diolah berbeda.Kreatifitas ditambah liarnya imajinasi membuat perpaduan sempurna dan menghasilkan kegilaan beruntun yang spektakuler.Mulai dari bentuk kendaraan(Rig yang menjadi ciri khas franchise Mad Max) yang unik hingga orang-orang bergelantungan diatas kendaraan yang sedang melaju kencang.Semua pengejaran itu berakhir dalam sebuah parade kegilaan penuh aksi mendebarkan yang dikemas sangat climatic hingga kita akan menangis penuh kepuasan seketika melihat bagaimana spektakulernya segala kegilaan itu diakhiri dan akan membuat kita terdiam sejenak merujuk rasa speechless.

 

Cukup dulu kelihatanya saya mengeluarkan kata-kata "gila" dalam review ini dan menilik lebih dalam perihal maksud dari film ini.George Miller tidak semata-mata menghadirkan kegilaan menghiburan yang pointless,tetapi beberapa tokoh disini mewakili isu sosial yang ada pada masyarakat saat ini yang mungkin dapat lebih parah di masa yang akan datang seperti yang digambarkan oleh film ini dalam post-apocalyptic world.Joe yakni seorang tyranny-cult yang menuhankan dirinya memberi doktrin kepercayaan kepada pengikut-nya yakni War Boys dengan menjajikan "surga" buatan-nya sendiri yang mereka sebut Valhalla membuat mereka para War Boys menjadi rela mati demi apapun bahkan lebih senang ketika mereka diambang kematian ketimbang hidup.Hal ini tentu mewakili isu soal sebuah sekte yang tengah berulah yang tidak perlu saya sebut.Cerita lain ada pada Citadel yang menggambarkan kehidupan sosial saat ini antara si kaya dan si miskin dengan pengalokasian tempat di mana Joe(si kaya) berada di tempat yang tinggi penuh dengan orang-orang subur.Sebaliknya orang-orang dibawah(si miskin)penuh dengan kotoran,penyakit,perilaku barbar,dan kesengsaraan memohon akan setetes air dari si kaya.Max dan Furiosa disini lebih diinterpretasikan sebagai "manusia normal" di tengah kacaunya dunia yang hanya berpegang pada insting bertahan hidup.

 

SUMMARY :

"What a Lovely day"

Mad Max : Fury Road tidak hanya sekedar mengibur dengan segala kegilaan tiada batas,tetapi juga memberikan kita sebuah sajian kreatif yang menyegarkan serta filosofi dari penggambaran distopia.It will leave you speachless

 

Favorite Scene :

1.Konvoi kejar-kejaran yang gila berujung pada badai pasir yang maha-besar membuat saya berdecak kagum.

2.Konvoi kejar-kejaran terakhir yang menampilkan orang-orang terikat di tiang yang bergerak di atas rig melaju kencang benar-benar membuat saya terpukau akan kegilaan George Miller.

RATING : 10/10

Selasa, 10 Mei 2016

PAN'S LABYRINTH (2006)

 

Pastinya saya selalu tertarik dengan hal-hal horror yang mengaitkan fantasi,entah bagaimana dengan kebanyakan orang,tetapi film-film yang bertemakan Dark Fantasy macam Alice in Wonderland (versi live-action) atau beberapa karya Tim Burton lainya akan selalu menarik atensi saya.Tentu Pan's Labyrinth garapan Guilermo del Toro yang terkenal akan ide fantasi liarnya merupakan tontonan wajib bagi saya.

Mengambil setting pada zaman perang yakni tahun 1944.Seorang anak perempuan bernama Ofelia(Ivana Baquero) pergi bersinggah ke rumah sekaligus markas Vidal(Sergí Lopez) seorang tentara sadis sekaligus ayah barunya bersama ibunya Carmen(Ariadna Gil) yang sedang hamil anak darinya.Ketika Ofelia tengah bermain di sekitar rumah tersebut,ia menemukan sebuah labirin tua yang menuntunya bertemu dengan makhluk ajaib Faun Pan.Faun memberi tahu Ofelia bahwa dia adalah putri yang lama hilang dan ia harus melakukan tiga tugas untuk meraih keabadian.

 

Dengan premis yang begitu absurd,Tone Dark serta Creepy-Weird yang ada di film ini memang begitu kental bahkan sedari awal film.Nuansa kelam dirasakan langsung baik dengan ekspresi pemain,pengunaan warna,kekerasan sadis dalam film bertokoh anak-anak,ataupun lokasi terpencil yang memberi kesan no escape dan terisolasi merujuk rasa klaustrofobia.Tidak hanya nuansa kelam-nya saja yang ditonjolkan,karena ini film milik Guilermo del Toro,maka sentuhan fantasi absurd pun disuntikkan dengan pas menuruti kaidah dark-fantasy.Alih-alih menampilkan makhluk fantasi unik nan lucu penuh warna macam Alice in Wonderland,Pan's Labyrinth menyajikan makhluk fantasi yang amat menyeramkan tidak jarang disturbing baik dari bentuk,kelakuan,ataupun cara berjalan(seriously that chasing scene is damn scary) dengan mudah memberi anda mimpi buruk.Visualisasi yang mumpuni berhasil merealisasikan imajinasi liar Guilermo del Toro akan makhluk-makhluk dark fantasy yang akan menghantui penonton.Hal ini jelas menekankan bahwa Pan's Labyrinth is a fairytale for grown ups.

 

Konflik dan plot yang diberikan pun sebenarnya dibilang sederhana tidak,dibilang rumit juga tidak.Konsep dasar dari grown-ups fairy-tale yang ingin disajikan memang mau tidak mau harus berat,tetapi pada film ini hal tersebut dieksekusi dengan gaya yang sederhana sehingga mudah untuk diikuti dan dipahami.Sesungguhnya saya tidak terkejut mengingat film ini termasuk rilisan film Spanyol atau Perancis yang memang sudah terkenal akan hiburan layar lebarnya yang seringkali disturbing,tetapi ada ikut campur tangan Guilermo del Toro disini yang membuat saya lupa akan status negara-negara eropa tersebut.Jajaran cast juga turut mendukung absurditas film ini,Ivana Baquero yang berhasil membawa "kedewasaan" film ini dengan ekspresi wajahnya yang innocence tetapi membawa kesan ambigu meski di usia muda.Begitu juga dengan Sergí Lopez yang begitu dingin dan kejam tidak ragu membunuh siapa sama yang dianggap menganggunya.

SUMMARY :

"Innocence has a power evil cannot imagine"

Dengan segala absurditas dan tema grown-ups fairy-tale,Pan's Labyrinth sukses menjadi the best dark-fantasy film i've ever seen.Guilermo del Toro memberi esensi dari sebuah film dark-fantasy yang benar-benar dark.Definitely not a movie for children.

Favorite Scene :

1.Adegan kejar-kejaran antara Ofelia dengan makhluk yang saya lupa namanya benar-benar disturbing bagaikan mimpi buruk nyata.

RATING : 9/10

 

 

 

Selasa, 03 Mei 2016

CAPTAIN AMERICA : CIVIL WAR (2016)

Sebagai salah satu penikmat Marvel Cinematic Universe,atensi saya pastinya akan selalu terpancing setiap kali Marvel memperluas universe-nya dengan merilis film superhero ketika stand-alone ataupun bersama-sama.Apalagi kualitas Marvel yang selalu terjaga meskipun beberapa mengalami kegagalan yang sebenarnya tidak terlalu bermasalah.

Melanjutkan insiden "kota-melayang" di Sokovia dari Age of Ultron yang berbuah kematian dan kehilangan anggota Avengers,tentunya dunia semakin resah akan kehadiran mereka.Akhirnya PBB menciptakan sebuah regulasi "Sokovia Accord" yang memuat bahwa semua aksi Superhero harus dikontrol.Steve Roger dengan jiwa patriotik-nya tentu tidak setuju apabila tidak diperbolehkan bertindak sebebasnya apabila ada bahaya,di lain sisi Tony Stark setuju akan hal itu dan menghasilkan perpecahan kedua belah pihak.

 

 

Apa yang menjadi daya tarik stand-alone Captain America masih dipertahankan disini.Aksi laga nan cepat dengan shaking camera juga tema espionage yang sempat saya khawatirkan akan hilang perkara banyaknya aksi bombastis dan bersatunya banyak superhero yang biasa tidak dilakukan oleh film-film Captain America,tetapi tentu tidak melihat bahwa konflik utama di film ini adalah sebab dari politik dan adu domba,hal ini sukses memiringkan isu bahwa film ini bisa disebut Avengers 3 atau Avengers 2.5

Saya suka dengan naskah yang bertutur cerita dengan sangat hati-hati,seakan memperhatikan segala aspek dan potensi yang dapat menciptakan plot-hole dan alhasil plot film ini pun runtut bahkan bila saya harus mengatakan sempurna.Memasukkan berbagai sub-plot ke dalam satu film adalah hal yang sulit,bukan bermaksud menjatuhkan tetapi tengok kegagalan BvS dalam melakukan hal tersebut.Kenyataanya,hal itu mudah dilakukan bagi Marvel.Dengan banyaknya jumlah karakter dalam satu film,adalah hal penting alasan kenapa karakter tersebut muncul,dan semua karakter di sini muncul dengan arah dan motivasi yang jelas.Berbagai sub-plot mulai dari Winter Soldier,Crossbones,Black Phanter,Zemo,hingga Spider-Man semua tidak semata-mata dibuat untuk menambah-nambah karakter penggaet atensi,tetapi semua karakter tersebut terhubung pada satu permasalahan bagaikan mereka semua ditarik ke dalam lingkaran avenging.Bahkan plot ini lebih menyenangkan untuk diikuti ketimbang The Winter Soldier.Rumit,tetapi Christopher Markus dan Stephen McFeely perlahan -lahan memberikan sebuah koneksi yang begitu sederhana.

 

Bicara soal semua karakter yang berpesta di film ini,saya tentu memiliki favorit tersendiri.Yaitu Ant-Man,meskipun hanya muncul sebagai anggota abu-abu,tetapi dia sukses menjadi scene-stealer meski memang Spider-Man adalah scene-stealer nomor satu dengan segala aksi jenaka-nya.Pada akhirnya,Captain America : Civil War memiliki segala aspek mulai tone komedik hingga espionage yang dikemas pas dan tidak dipaksakan.Hal lain yang menjadi daya tarik film Captain America adalah selalu menyentuh sisi diplomatik dan humanis dari Marvel Cinematic Universe,setelah memberi sajian konspirasi dari The Winter Soldier,kini Civil War benar-benar menampilkan sebuah gambaran perang sesungguhnya dengan segala aspek baik pendukung terjadinya perang tersebut seperti pertikaian politik atau diplomasi hingga medan perang itu sendiri.Film ini menyadarkan bahwa Marvel Cinematic Universe bukan semata-mata menunjukkan pertempuran Sci-Fi saja,melainkan perang yang pernah terjadi di dunia kita hanya saja dengan wujud pertempuran super didukung teknologi yang lebih canggih.

SUMMARY :

"Divided We Fall"

Berhasil menjungkirbalikkan segala kekhawatiran saya,Captain America : Civil War membawa Marvel Cinematic Universe to the next-level dengan mempertahankan segala daya tarik-nya yakni menyentuh sisi humanis Marvel Cinematic Universe.One of the best Marvel Movies ever!

Favourite Scene :

1."Pesta" di bandara yang begitu intens dan penuh kejutan berhasil membuat saya ingin menyaksikanya sekali lagi.

2.Perdebatan mengenai Perjanjian Sokovia memperlihatkan kondisi Avengers yang benar-benar diambang kehancuran tentu memicu perang sipil sebagaimana esensi dari film ini.

RATING : 10/10

Senin, 02 Mei 2016

10 CLOVERFIELD LANE (2016)

Sebelum saya menilik lebih lanjut info soal 10 Cloverfield Lane,saya baru tahu bahwa film ini tidak sepenuhnya sebuah sekuel dari Cloverfield yang dirilis delapan tahun yang lalu,Abrams berkata bahwa film ini merupakan Successor dari Cloverfield atau menurut saya adalah sebuah Spin-off.

Mengambil tokoh seorang wanita bernama Michelle(Mary Elizabeth Winstead) yang tengah mengalami kecelakaan yang sangat parah hingga mobilnya terbalik dan membuat ia pingsan.Setelah itu,dia menemukan dirinya terbangun di sebuah bunker bawah tanah yang dihuni dua orang yakni Emmet(John Gallagher Jr.) dan Howard(John Goodmna).Howard selaku pemilik bunker menjelaskan pada Michelle bahwa terjadi serangan alien dan udara di luar telah terkontaminasi oleh zat kimia berbahaya yang akan membunuh penghirupnya.Tentu dalam keadaan apapun,Howard tidak akan pernah membiarkannya keluar bunker.

Film ini memang lebih dalam dari yang saya kira.Dan Tranchberg memasukkan filosofi lain di film ini yang akan saya jelaskan nanti .Ber-durasi 90 menit,saya berpikir pace film ini akan cepat dan ringkas,memang benar,tetapi hal itu tertutupi dengan beberapa adegan diam dan sunyi dan sedikit memberi sedikit kesan klaustrofobia.Beberapa adegan sunyi berhasil memberikan kesan depresif yang dialami tokoh,tapi beberapa terasa hampa dan awkward,kelihatanya Sang Sinematografis  gagal mencapai kesan tersebut entah karena apa karena memang pengambilan adegan seperti ini cukup sulit dijelaskan aspek-nya,tetapi dapat dirasakan dan saya merasa di film ini kurang mengena.

Saya suka cara kerja naskah yang membuat latar belakang karakternya seminim mungkin,disamping memang tidak terlalu penting,tetapi hal ini dapat menambah mysterious vibe dan bahkan tokoh utamanya sendiri yakni Michelle pun juga tidak terlalu dijelaskan latar belakangnya.Di adegan opening,menampilkan Michelle tanpa satupun dialog pun juga menimbulkan banyak tanya,itu awal yang bagus karena penonton akan merasa penasaran dan akan mengikuti jalan cerita film dengan senang hati.

Semakin menuju pertengahan film atau puncak konflik,beberapa pertanyaan dan misteri perlahan-lahan terungkap,tetapi juga semakin tinggi mysterious vibe yang hadir.Mary Elizabeth Winstead berhasil tampil bagus sebagai Michelle yang kebingungan dengan segala apa yang ada di hadapanya,selalu penasaran dan itu mewakili apa yang dirasakan penonton,tetapi performa Mary Elizabeth Winstead disini tidak menampilkan totalitas scream queen yang biasa dilakukan di film-film ber-aura horror thriller macam ini,tetapi toh itu juga tidak diperlukan,karna memang film ini memiliki kadar thriller yang "tenang" dalam artian tidak perlu teriakan histeris.

John Gallagher Jr. sebagai pencair suasana dan love interest dari Michelle juga tampil baik dengan chemistry yang tepat.Tetapi yang paling ber-unjuk gigi disini adalah John Goodman.Karakternya yang penuh misteri dan gerak-geriknya yang memang sangat aneh membuat jantung saya berdebar setiap dia muncul di layar,walaupun ketika dia hanya menawarkan sebuah handuk.Ditambah lagi ambiguitas yang ia ciptakan semakin menambah pertanyaan di film ini apakah dia kawan atau lawan.

Kenapa saya bilang film ini lebih dalam daripada yang saya kira?Perkiraan saya adalah film ini hanyalah sebuah film thriller biasa yang menggunakan alien untuk menambah bumbu sci-fi seperti pendahulunya tetapi ternyata tidak.Sedikit spoiler bahwa pertarungan yang melibatkan Monster hanya ada di penghujung film.Dari awal hingga pertengahan film diisi dengan misteri,ambiguitas,dan ketegangan melawan Monster dalam wujud lain.

SUMMARY :

"Monsters Come in Any Forms"

Sesuai tagline,10 Cloverfield Lane bukanlah sajian Sci-Fi Thriller biasa,melainkan sebuah film Thriller yang memiliki filosofi dan makna lebih dalam mengenai definisi kata "Monster".

Favourite Scene :

1.Ketika Michelle melakukan makan malam pertama bersama Emmet dan Howard.Setiap detik di adegan itu benar-benar mendebarkan walau hanya ketika Michelle menelan makanan ataupun meneguk minuman.

RATING : 8/10

 

Minggu, 01 Mei 2016

BATMAN V SUPERMAN : DAWN OF JUSTICE (2016)

Sebuah permulaan dari perluasan DC Cinematic Universe dari Man of Steel.Typical film-film blockbuster seperti ini memang tidak terlalu berisiko jika ditinjau dari segi pendapatan,sejelek apapun jadinya pasti tetap akan laris manis,apalagi melihat dari judul sebuah tokoh ikonik dari komik yang hampir semua orang tidak mungkin tidak mengetahuinya yakni Batman dan Superman,lebih menarik lagi dua titular heroes ini akan bertarung,bukan bekerja sama layaknya The Avengers,bagaimana orang-orang akan menolak.Zack Snyder harus lebih banyak belajar dari Man Of Steel,selain menghadapi hype dan ekspetasi khalayak yang luar biasa hebat,juga seharusnya megaproyek seperti ini direncanakan lebih matang,bahkan saya pernah mendengar bahwa Zack Snyder sendiri kewalahan menggarap film ini.Menjadi jembatan menuju Justice League,film ini mengemban tugas yang berat.

     Diceritakan setelah Man Of Steel ketika Superman bertarung dengan General Zod,ternyata Bruce Wayne ikut menjadi korban dalam luluh lantahnya arena pertempuran dimana adalah sebuah kota berpenghuni,lebih parah lagi Superman acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dan buta akan pertarungan sehingga dia tanpa sengaja menghancurkan gedung perusahaan Wayne.Saat itulah kebencian Bruce terhadap Superman timbul hingga ia berniat untuk membunuh Superman dimana saat itu juga rakyat dunia merasa resah akan kehadiran Superman yang diwakili oleh Senator Finch.Di antara semua pertikaian tersebut,datanglah Lex Luthor diam-diam memiliki rencana besar.

 

Di awal film kita dibawa lagi untuk yang kesekian kalinya melihat orang tua Bruce Wayne meninggal bersama dentuman musik iringan Hans Zimmer,memang hal ini perlu tidak perlu akan membosankan bagi mereka yang sudah lama mengikuti franchise Batman baik versi lama ataupun versi Nolan.Tetapi,ternyata adegan itu dibuat karena alasan tertentu yang bisa anda temukan di penghujung cerita.Sedari awal,pace cerita dibuat lambat,begitu lambat sehingga terasa melelahkan,entah karena memang diperlukan atau hanya sekedar menambah durasi,mungkin Snyder bermaksud untuk menciptakan pemaparan plot dasar yang menghasilkan pertempuran antara dua tokoh itu,namun ia tidak berhasil dengan cara itu.Pertempuran dua titular heroes yakni Batman dan Superman sendiri pun tidak memiliki esensi dan motivasi yang jelas.Naskah-nya pun juga sama ,Bruce Wayne milik Ben Affleck memang tidak gagal,tetapi dangkalnya naskah membuat Batman terasa begitu bodoh(terutama di paruh akhir film) dimana dia memutuskan sebuah konklusi yang sama bodohnya.Karakter Batman juga terasa mengikuti cerita Superman akibat penulisan naskah yang kebingungan dan tidak dapat menangani sub-plot.

Saya tidak protes soal nama yang mengubah segalanya,tetapi tidak bisakah mencari konklusi lain yang lebih rasional dan tidak mudah ditertawakan?terus terang saya kerap menggosok dahi saat kebodohan naskah terjadi di layar.Sedari awal saya mencoba untuk bersabar dan membiarkan segala keburukan naskah,tetapi saya tidak tahan dengan bagian konklusi yang begitu kasar.Seperti ketika anda ingin menulis cerita untuk tugas sekolah,anda baru saja menulis setengah cerita tetapi waktu habis dan harus dikumpulkan,sehingga anda terpaksa menyelesaikan cerita dengan cara " yang penting selesai ".

Yah,tetapi seperti yang saya katakan di awal bahwa sejelek apapun film seperti ini pasti masih ada unsur yang bisa dinikmati,alternatif terakhir:Spectacle,CGI,dan Action Sequence.Jika anda benar-benar bersabar,maka anda akan mendapatkan bombardir di akhir film dengan rentetan aksi berantai yang cepat, intensitasnya tetap terjaga.Mempersembahkan judul Batman v Superman,justru semua kejenuhan di hapus oleh kehadiran Wonder Woman yang memang wonderful.

Gal Gadot pastinya hebat bila sukses membawakan Wonder Woman dan ia memang sukses.Kehadiranya memiliki motivasi dan tujuan yang cukup jelas (selain sebagai pertanda akan Justice League)serta di timing yang tepat meski dia tidak terlalu ikut campur di paruh awal film.Orang kedua yang saya sukai adalah Jesse Eisenberg dengan sukses(baca:freak) memerankan Lex Luthor sesuai ekspektasi saya,bahkan di atas.Tetapi lagi-lagi karena dangkalnya naskah,ia tidak memiliki motivasi yang jelas untuk membenci Superman,dia hanya sebagai Villain yang diutus membunuh Superman dengan cara apapun oleh Sang Sutradara,tidak lebih.

SUMMARY :

"We all know better now,devil didn't come from hell beneath,but from the sky"

Batman v Superman adalah suatu megaproyek yang gagal dan menjatuhkan reputasi DC,untuk menjadi jembatan Justice League memang cukup, but seriously,it will hurt your brain with damn too long running time.Segala kemegahan yang hadir sia-sia belaka karena naskah yang buruk.

Favorite Scene :

1.Ketegangan dan Ambiguitas yang terjadi saat "Granny's Peach Tea" menghasilkan kejutan tak terduga.

2.Kehadiran Wonder Woman yang sebenarnya tidak unexpected tetapi tetap mengundang atensi dan good vibe

RATING : 5/10